Telp.: (0542) 421481   Email: dkk_bppn@balikpapan.go.id

Responsive image
PENGUMUMAN DKK BALIKPAPAN
  • Inovasi Gempita Mobile Raih Juara 2 Sinopadik 2023 JIK
  • Selamat Hari Kesehatan Nasional Ke-59. "TRANSFORMASI KESEHATAN UNTUK INDONESIA MAJU
  • Cegah Diabetes, Dinkes Balikpapan Luncurkan Inovasi dan Website ‘Behimat Gula’
  • Pemkot Kota Balikpapan Me-Lounching SI-YANKES

Rawan Stunting karena Makanan Instan, Pola Asuh Orangtua Banyak yang Salah

06-May-2019

BALIKPAPAN – Jumlah anak penderita stunting di Balikpapan pada tahun ini diperkirakan mencapai 2.011. Jumlah itu banyak dialami bayi dan batita. Stunting adalah adalah kondisi gagal tumbuh pada tubuh dan otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.

Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1.000 hari pertama kelahiran).

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Balerina mengatakan, persoalan yang dihadapi keluarga bukanlah dikarenakan gizi buruk melainkan pola asuh yang salah. Serta anemia yang banyak dialami remaja putri. Hal inilah yang menjadi pemicu stunting.

Dia melanjutkan, stunting sangat memengaruhi kualitas manusia atau sumber daya manusia (SDM) Indonesia di masa depan. Sehingga penting memperbaiki produktivitas SDM dengan penanggulangan stunting. Dari itu, pihaknya tengah gencar mengadakan kegiatan no-anemia. Yakni pemberian obat tambah darah di sekolah bagi remaja putri seminggu sekali. Karena kekurangan darah juga menyebabkan keturunan stunting. “Kesalahan dalam pola asuh berupa pemberian makan sangat rawan. Terlebih banyak orangtua yang menyajikan atau memberikan makanan instan,” ungkapnya.

Tak sedikit jumlahnya, orangtua memilih membiarkan anak-anak mereka berbelanja di warung/toko ketimbang membawakan bekal makanan ke sekolah. Selain itu, kondisi menstruasi yang dialami tiap bulan oleh remaja perempuan juga perlu diperhatikan. “Karena bisa kekurangan darah atau menstruasi yang tidak lancar akan memengaruhi kesuburan rahim,” bebernya. Diketahui, Kementerian Dalam Negeri, Tim Nasional Percepatan Penanganan kemiskinan (TNP2K) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang membahas strategi nasional konvergensi percepatan dan pencegahan stunting, serta pedoman aksi perencanaan pembangunan pemerintah daerah.

Dikatakan Ballerina, sejak 2017 pemerintah pusat pun melakukan studi di beberapa negara. Salah satunya Peru, yang mana bisa menurunkan kasus stunting dalam waktu kurang dari 10 tahun. Dari itu, ia mendorong pemerintah melakukan integrasi program yang dimiliki semua perangkat daerah. Dengan pola integrasi konvergensi diharapkan bisa menurunkan angka stunting lebih cepat. Dari penurunan yang ada, ke depan, ia menargetkan setahun atau dua tahun lagi angka penurunan bisa lebih di bawah seribu.

 Berdasarkan pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan pada 2017 angka stunting atau ukuran badan pendek karena kekurangan gizi secara nasional mencapai 37 persen, dan pada 2018 turun menjadi 30 persen. "Ada 160 kabupaten/kota yang menjadi prioritas penanggulangan stunting nasional, Balikpapan tidak termasuk di dalamnya. Meski demikian, Balikpapan sendiri, kita terus berupaya agar lebih cepat menurunkan angka stunting ini," tutupnya. PROKAL.CO (lil/riz/k18)

Polling

Bagaimana pendapat Anda tentang pelayanan kesehatan di Puskesmas?

  Bagus
  Cukup
  Buruk

 

 

Buku Tamu


Buku Tamu | Kirim Pesan

Pesan terbaru
Melamar

Pengirim: RIYANTO HASAN
Email: *****@gmail.com
ada penerimaan pegawai non pns untuk formasi SKM kah?...